TAGACEH – SMP Swasta Darun Nizham Desa Tanoh Anoe, Kecamatan Teunom, kembali menggelar Lomba Cerdas Tangkas Cermat dan Familiar (CTCF) serta Tahfiz dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Rabu (22/10/2025).
Lomba ini diikuti oleh 16 sekolah mitra strategis dari Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat, mulai 22 Oktober hingga 3 November 2025 mendatang.
Memasuki tahun ketiga pelaksanaannya, kegiatan ini semakin menjadi wadah inspiratif untuk menghidupkan tradisi pendidikan berbasis nilai-nilai Islam di tengah era digital. Ribuan siswa dan guru pendamping hadir memeriahkan acara pembukaan yang berlangsung meriah dengan sorakan penonton, tepuk tangan, dan lantunan ayat-ayat suci dari peserta tahfiz.
Pada hari pertama lomba, empat sekolah tampil memukau. SD Negeri 4 Teunom keluar sebagai juara pertama babak penyisihan dan memastikan diri melaju ke final. Disusul oleh SD Negeri 6 Pasie Raya dan SD Negeri 7 Pasie Raya. Sementara itu, SD Negeri 1 Pasie Raya absen dalam kompetisi tahun ini.
Kepala SMP Darun Nizham, Ridwan, S.Pd.I., M.A., M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar perlombaan, melainkan bagian dari program inovasi pendidikan SIRAMBI (Sekolah Islam Berbasis Industri).
Menurutnya, lomba ini bertujuan membangun karakter religius, kerja keras, dan semangat gotong royong.
“Kepala sekolah SD mendampingi siswa, sementara kepala SMP memandu lomba. Ini bukan hanya kompetisi, tapi pendidikan karakter nyata yang ditanamkan melalui kerja tim, keikhlasan, dan semangat belajar,” ujar Ridwan.
Selain perlombaan, kegiatan ini juga dirangkai dengan pengukuhan inovasi SIRAMBI, penandatanganan MoU dan prasasti oleh Bupati Aceh Jaya, Safwandi, S.Sos., serta penganugerahan kepada 27 tokoh inspiratif dari berbagai sektor, termasuk pendidik, pelaku industri rumah tangga, dan jurnalis. Acara puncak dijadwalkan berlangsung pada 6 November 2025.
Sementara itu Ketua panitia, Sulaiman menyampaikan bahwa tema dan jenis perlombaan dirancang untuk mengintegrasikan nilai-nilai luhur seperti religiusitas, sportivitas, dan kerja sama.
“Di tengah arus digitalisasi, kegiatan seperti tahfiz dan syarhil Qur’an kerap terpinggirkan. Kami ingin menghidupkannya kembali sebagai media pembentukan karakter,” jelasnya.
Tahun ini, kata Sulaiman, CTCF dikemas secara digital interaktif, di mana peserta menjawab pertanyaan melalui sistem penilaian cepat berbasis teknologi. Hal ini memberikan pengalaman baru bagi siswa yang sebagian besar berasal dari lingkungan pedesaan.
“Kami ingin mereka belajar memadukan ilmu agama dengan literasi digital,” tambah Sulaiman.
Kegiatan ini juga menjadi ruang pembelajaran kepemimpinan bagi siswa-siswi OSIS SMP Darun Nizham yang dilibatkan sebagai panitia muda. Mereka bertugas sebagai operator sistem digital dan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah mitra. Dua panitia muda, Nana Maulida dan Rahma Yanti, yang tahun lalu menjadi pembawa piala, kini dipercaya sebagai pengurus inti panitia.
“Ini pengalaman yang menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap kegiatan sekolah,” ujar Rahma.
Di cabang Tahfiz, semangat peserta menghafal Al-Qur’an menggema kuat. Perlombaan ini dipimpin oleh Tgk. Rajudin (Pak Cek) bersama Farida, S.Pd. dan Fitri Suzanni. Setiap peserta yang mampu menghafal tiga surat wajib diberi penghargaan juara favorit.
“Semua peserta bernilai, tidak ada yang tersisih. Tujuannya adalah menanamkan cinta Al-Qur’an dan keteladanan Rasulullah,” jelas Pak Cek.
Antusiasme tinggi juga ditunjukkan oleh para peserta. M. Faizan Al-Fikri dan Al-Karim dari SD Negeri 4 Teunom mengaku telah berlatih jauh-jauh hari. “Kami ingin orang tahu, anak kampung juga bisa hebat,” ucap Faizan polos namun penuh makna.
Guru pendamping mereka, Ayu Arina, S.Pd.SD, menyatakan kebanggaannya atas semangat anak didiknya. “Target kami bukan hanya juara, tapi membentuk karakter anak-anak yang religius, berani, dan disiplin,” katanya.
Sementara itu, Kepala SD Negeri 6 Pasie Raya, Nurul Hikmah, S.Pd., yang turut mendampingi siswa, menyebutkan bahwa meski belum meraih juara utama, pihaknya tetap optimis. “Kami yakin bisa kembali bersaing di babak berikutnya. Anak-anak sudah tampil maksimal,” ujarnya dengan logat khas Aceh.
Menurut Ridwan, keterlibatan siswa sebagai panitia maupun peserta merupakan bentuk nyata pembelajaran karakter. “Mereka belajar memimpin, bekerja sama, dan bertanggung jawab. Kami ingin dari desa ini lahir generasi religius dan berdaya saing global,” tutupnya.
Kegiatan yang berlangsung di tengah suasana asri Desa Tanoh Anoe ini membuktikan bahwa pendidikan di pedesaan mampu bertransformasi menjadi gerakan sosial yang kuat.
Gema takbir dan sorakan anak-anak mengiringi semangat baru pasca surutnya banjir di daerah tersebut. Di balik awan mendung dan semilir angin, harapan besar terpancar lahirnya generasi Aceh yang cerdas, tangguh, dan berakhlakul karimah.(*)
Penulis : Redaksi